Drs. Eviurisna,M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketakutan membawa berkah

Perkawinan menyatukan dua insan dari kultur yang berbeda. Perkawinan yang harmonis dambaan semua pasangan suami istri, begitu juga dengan diri saya sendiri.

Berjalan satu tahun pernikahan kami, saya dan suami mulai merasakan adanya ketidak cocokan. Berawal suatu sore, tepatnya hari Kamis ketika sang suami menyampaikan keinginannya untuk mengikuti acara adat Minang tentang 'sambah manyambah'. Kegiatan ini dia ikuti karena merupakan sarat bagi lelaki Minang yang sudah menikah.

Lama saya merenung, maklum masih ingin selalu berdua. Saya tersadar ketika suami mengulang lagi kata-katanyabahwa acara adat itu harus dia ikuti sekali seminggu. Sebagai orang Minang dan keturunan datuk, seorang anak laki-laki yang sudah berkeluarga harus tau tentang adat "sambah manyambah'".

Saya takut karena tidak terbiasa tinggal sendirian di rumah yang cukup besar, apalagi pulangnya lewat pukul 2 malam. Suami saya berkata lagi dengan kata yang mengerikan " kenapa harus takut, di kubur nanti jugakan sendiri".

Rasa takut diriku semakin menjadi, apalagi ingat sekarang malam Jumat. Mitos malam Jumat yang mengerikan sering saya dengar dari cerita teman atau orang tua di kampung. Sekali lagi kata-kata suami saya menyentakkan lamunan saya " apa yang ditakutkan , matikan cuman sekali, kalau takut perbanyak istighfar. Toh, ada Allah' pelindung kita".

Dengan berat hati dan rasa terpaksa akhirnya saya ijinkan juga suami untuk pergi belajar adat " sambah manyambah". Detik-detik malam yang menakutkan datang juga. Jam demi jam saya lalui. Al-Qur'an yang ada ditangan saya tak sadar sudah hampir satu jus saya baca, tapi apakah saya membacaNya dengan benar atau tidak, saya sendiri tidak tahu.

Pukul 2 lewat 24 menit berakhirlah semua rasa takut itu dengan ketukan pintu yang diikuti suara salam dari suami. Dengan candanya dia berkata" Nah, tidak terjadi apa-apakan?. Tidak matikan?". Dengan sedikit kesal dan merajuk, saya langsung tidur.

Rutinitas pelatihan adat setiap malam Jumat atau Kamis malam suami saya berjalan dengan lancar. Rasa takut yang saya alami sedikit demi sedikit hilang. Dari pengalaman ditinggal suami tengah malam, saya semakin berani sendirian di rumah. Ternyata ketakutan sendiri di tengah malam selama ini tak lebih imajinasi belaka. Semenjak pengalaman suami belajar adat, sampai sekarang, saya terbiasa apabila ditinggal sendiri di tengah malam. Kalau mata tidak mengantuk paling saya tinggal membaca Alqur'an dan mendekatkan diri pada sang Kholik.

Kalau saya tidak pernah punya pengalam ditinggal suami di tengah malam, mungkin sampai sekarang saya menganggap malam Jumat itu adalah malam yang mengerikan. Padahal menurut Islam malam Jumat merupakan malam yang penuh berkah. Pengalam inipun termasuk pengalaman yang paling berharga dalam hidup saya. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post